Perbedaan Burung Puyuh dengan Manuk Londo – Manuk londo yang kita bahas disini merupakan penghasil telur kecil bertato yang rasanya gurih sekali, siapa lagi kalau bukan si kecil burung puyuh.
Di Jawa Timur, banyak dijumpai sentra peternakan burung puyuh seperti di kabupaten Trenggalek, Blitar, Tulungagung dan sekitarnya. Telur puyuh selalu menjadi favorit masyarakat Indonesia, baik diolah sebagai camilan karena memang kecil-kecil- maupun sebagai menu makanan utama dalam keluarga. Sebagai sumber protein pun gizi telur puyuh bisa bersaing dengan telur ayam dan bebek.
Perbedaan Burung Puyuh dengan Manuk Londo
Banyak jenis burung puyuh diseluruh penjuru dunia seperti Bob white quail, Colinus virgianus, blue breasted quail,turnix suciator, arborophila japonica, Rollus roul roul dan cortunix chinensis,akan tetapi yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia adalah burung puyuh Cortunix cortunix japonica, atau puyuh jepang.
Burung kecil berkaki pendek ini mulai dikembang biakkan di Indonesia pada tahun 1979. Burung puyuh termasuk jenis burung produksi yang bisa terbang meski tidak terlalu tinggi dan lama. Sering kali burung puyuh dijadikan hewan coba penelitian untuk mempelajari suatu metode atau teknologi peningkatan produksi dan reproduksi bangsa unggas produksi.
Perkembangan tubuh burung puyuh relatif cepat, telur nya menetas setelah dierami selama 16-17 hari, 40-45 hari kemudian ia akan mulai menghasilkan telur. Tingkat produktivitasnya Perbedaan Burung Puyuh dengan Manuk Londo pun cukup tinggi.
Apabila dipelihara dilingkungan yang ideal, dengan keadaan cuaca yang stabil, tidak pada masa pancarobah atau stress karena panas ekstrem atau hujan deras, populasi burung puyuh dapat berproduksi hingga 90%. Namun, apabila kondisi fisiknya tertekan keadaan lingkungan yang tidak stabil, produksi telurnya dapat menurun hingga 50-70%.
Setiap harinya per ekor burung puyuh dapat mengkonsumsi pakan sekitar 14-25g/hari. Setiap tahunnya ia dapat bertelur hingga 300 butir. Keberhasilan peternakan puyuh dapat dipengaruhi oleh faktor berikut: pembibitan (breeding), pakan (feeding) termasuk kadar nutrisi pakan, palatabilitas, kecernaan dan konversi pakan terhadap produksinya, dan terakhir adalah manajemen pemeliharaan.
Cara Budidaya Burung Puyuh
Seperti hal nya unggas produksi lainnya, budidaya burung puyuh biasanya dimulai dengan pemeliharaan DOQ (day old quail) / puyuh tetas sehari, atau dapat juga langsung memelihara burung puyuh siap bertelur dengan umur diatas 40 hari.
Bibit puyuh / DOQ biasanya diperoleh dari peternak yang memang fokus menyediakan bibit puyuh. Dalam usaha tersebut, telur-telur fertil tidak dieramkan langsung pada induknya, namun digunakan sistem penetasan dengan mesin inkubator, mesin ini lebih menguntungkan karena dapat menghasilkan puyuh tetas yang lebih banyak sekali siklusnya.
Proses penetasan dilakukan dengan suhu 37o– 40oC, dan ┬ákelembapan 55% selama 16-17 hari. Setelah sebelumnya telur difumigasi terlebih dahulu, dan di grading kualitasnya.
Begitu menetas akan dilakukan sexing, seleksi jenis kelamin DOQ. Burung puyuh jantan akan dijual pada peternak dengan peruntukan daging konsumsi, sedangkan burung puyuh betina akan dijual sebagai bibit penghasil telur puyuh komersial.
Pada masa awal pertumbuhannya (periode strater) burung puyuh membutuhkan pakan dengan kadar protein kasar minimal 24% dan energi 2900 kkal/kg, berlanjut ke periode grower dengan kandungan protein kasar sekitar 20% dan energi 2700 kkal/kg, dan pada fase layer burung puyuh membutuhkan pakan dengan protein kasar 22% dan energi 2900kkal/kg  untuk dapat berproduksi optimal di linkungan yang baik.
Lingkungan pemeliharaan yang ideal bagi burung puyuh sebaiknaya memiliki temperatur 20-25 C dengan kelembapan 30-80%. Suhu kandang yang terlalu tinggi dapat membuat burung puyuh stress yang berimbas pada penurunan produksi telur, kerabang telur menjadi tipis serta mudah retak dan gangguan kesehatan, sedangkan kelembapan yang berlebihan merupakan kondisi ideal tumbuhnya bakteri yang dapat memperburuk keadaan hewan.
Sebagai hewan coba penelitian, burung puyuh tergolong hewan coba yang tidak mudah terpengaruh dengan berbagai perlakuan. Banyak penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan menggunakan suplementasi bahan-bahan tertentu, tidak menghasilkan perbedaan yang nyata, akan tetapi beberapa hal yang berpengaruh pada peningkatan produksi burung puyuh adalah dengan melakukan suplementasi minyak jagung dalam pakannya, selain itu juga dapat dilakukan metode perpanjangan masa pencahayaan.